Artikel
10 Mahasiswa UM Surabaya Tangani Kesehatan Para Penyintas Erupsi Semeru
- Di Publikasikan Pada: 29 Dec 2021
- Oleh: Admin
Terhitung telah seminggu MATANA (Mahasiswa Tanggap Bencana) Erupsi
Gunung Semeru UM Surabaya diterjunkan ke lokasi bencana, tepatnya 21 Desember
2021. Mereka adalah mahasiswa pilihan yang telah melewati proses seleksi
recruitmen yang panjang. Sesampainya di lokasi bencana, para relawan terbagi
menjadi beberapa klaster.
Sesuai yang disampaikan rektor UM Surabaya, Dr. dr. Sukadiono, MM. dalam
ceremony pelepasan dan pemberangkatan relawan bahwa program volunteer ini akan
dilaksanakan sebanyak 9 gelombang. Dimana estimasi waktu per gelombang adalah
14 hari di lokasi bencana. Mahasiswa akan melakukan serangkaian kegiatan, di
antaranya memberikan trauma healing, melakukan recovery, berjaga di dapur umum,
melakukan distribusi bantuan dan pendampingan pendidikan.
“Untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan mahasiswa di lokasi dan
nantinya tidak maksimal, maka kami tidak langsung memberangkatkan semuanya.
Dari peserta recruitmen yang lolos, kami
bagi menjadi beberapa gelombang. Kemudian mahasiswa akan dibagi menjadi beberapa
klaster agar mereka mendapatkan pengalaman yang berbeda. Serta dapat merecord
dari segala aspek di tempat bencana” ujar Sukadiono.
Banyak kegiatan yang dilakukan para relawan untuk
membantu proses recovery masyarakat yang terdampak, diantaranya terdapat
klaster logistik yang mengurus kebutuhan makanan di tempat pengungsian dan
dapur umum. Klaster psikososial dimana mengadakan kegiatan dan pendampingan
untuk menghilangkan trauma pada anak-anak di tempat binaan.
Serta klaster medis yang bertugas untuk memantau
kesehatan. Kata Novia salah satu relawan yang ditugaskan di klaster medis
menyampaikan bahwa dalam klaster medis terdapat 2 pelayanan. Pertama, pelayanan
dilakukan di pos dimana para penyintas menghampiri/ diantar untuk dilakukan
medical check up seperti tekanan darah dan pemberian obat-oabatan. Kedua,
pelayanan mobile yakni mengujungi tempat-tempat pengungsian dan desa binaan
yang dilakukan setiap 2 hari sekali.
“Setiap hari selalu ada kegiatan seperti klaster medis
yang saya ikut terlibat di dalamnya. Terdapat beberapa pelayanan yakni pelayanan
pos yakni pemantauan kesehatan dilakukan di pos, kedua pelayanan mobile yakni mengunjungi desa yang terdampak dan ke tempat-tempat
pengungsian” Ucap Novia.
Selain itu novia menambahkan bahwa sering menjumpai
pasien fracture atau patah tulang pada lansia karena pada saat kejadian para korban berlari untuk
menghindari erupsi hingga mereka terjatuh atau bahkan saling tabrak dengan
penyintas lainnya. Serta beberapa penyakit lainnya seperti ISPA, Myalgia dan Hipertensi.
“Ketika pertama saya berada di kluster medis, saya bertemu
dengan mbah-mbah yang meminta pengobatan karena tangannya patah. Setelah itu
saya lakukan pengakajian beliau menyampaikan bahwa berlari ketika erupsi
terjadi hingga terjatuh” ujar Novia.